Tampilkan postingan dengan label #Late Post (TUGAS KULIAHKU). Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label #Late Post (TUGAS KULIAHKU). Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Agustus 2015

RESENSI BUKU: PENGANTAR MANAJEMEN (Dr. H.B. Siswanto, M.Si.)

PENGANTAR  MANAJEMEN
(Dr. H.B. Siswanto, M.Si.)


Oleh:
Herman Doa
NIM: 01114031
Prodi Akuntansi/Fakultas Ekonomi/Kelas D


Konsep Dasar Manajemen (hal 1-30)
Konsep manajemen lahir sebagai konsekuensi akibat tidak seimbangnya pengembangan teknis dengan kemampuan sosial. Istilah manajemen diartikan dalam prespektif yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang pekerjaannya.
Menurut John D. Millett, manajemen adalah proses pengarahan dan pemberian fasilitas kerja. Menurut James A.F. Stoner dan Charles Wankel manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Menurut Paul Hersey dan Kenneth manajemen adalah usaha yang dilakukan dengan dan bersama individu atau kelompok. Elemen dasar manajemen meliputi elemen sifat, fungsi, sasaran, dan tujuan.
Filsafat manajemen adalah bagian terpenting dari pengetahuan dan kepercayaan yang memberi dasar yang luas untuk menetapkan pemecahan permasalahan manajerial yang mengandung dasar pandangan hidup yang mencerminkan keberadaan, identitas, dan implikasinya. Menurut Davis dan Filley, faktor-faktor dasar dalam filsafat manajemen meliputi kepentingan umum, tujuan usaha, pimpinan pelaksana, kebijakan, fungsi, faktor dasar (produksi), struktur orgaisasi, prosdur, dan moral kerja.
Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan. Sebagai ilmu manajemen merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasikan yang memiliki sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif. Sebagai seni, manajemen adalah keahlian, kemampuan, dan ketrampilan dalam menerapkan prinsip, metode, dan teknik untuk mencapai tujuan.
Tujuan manajemen adalah sesuatu yang ingin direalisasikan yang menggambarkan cakupan tertentu dan menyarankan pengarahan kepada usaha seorang manajer. Tujuan manajemen ini diklasifikasikan menurut hierarki tertentu yaitu tujuan pokok, tujuan bagian, tujuan kelompok, tujuan kesatuan, dan tujuan individu.
Fungsi manajer dapat dilihat dari dua arah yaitu fungsi dalam organisasi yaitu dari sudut proses perencanaan, pengoganisasian, pengarahan, pemotivasian, dan pengendalian dan  fungsi ke luar organisasi  dari sudut spesialisasi kerja yaitu keuangan, ketenagakerjaan, pemasaran, pembelian, dan produksi.

Perkembangan Konsep Manajemen (hal 31-41)
Mazhab (aliran) klasik dalam manajemen terdiri atas manajemen ilmiah dan teori organisasi klasik. Para pengembangnya antara lain Robert Owen, Charles B, Frederik W. Taylor, Henry L, Gantt, dan pasangan Gilberth. Sedangkan pengembang organisasi klasik adalah Henry Fayol.
Mazhab perilaku dilatarbelakangi temuan para manajer bahwa dengan pendekatan klasik, efisiensi produksi dan keselarasan kerja yang sempurna tidak dapt diwujudkan. Pengembangnya adalah Hugo M dan Eton Mayo.
Mazhab ilmu manajemen dilatarbelakangi oleh lahirnya riset operasi (bentukan pemerintahan Inggris) yang kemudian diaplikasikan untuk menghadapi permasalahan industri sehingga teknologi industri mulai digunakan.
Adanya integrasi prespektif dari beberapa mazhab merupakan suatu pendekatan konseptual dalam bidang manajemen antara lain pendekatan sistem dan pendekatan kontingensi. Pendekatan sistem memandang bahwa organisasi sebagai sebuah sistem yang terpadu sedangkan pendekatan kontingensi dikembangkan oleh para manajer yang berusaha untuk menerapka konsep-konsep dari mazhab-mazhab utama ke dalam situasi nyata.

Perencanaan (hal 42-72)
Perencanaan adalah suatu aktivitas integratif yang berusaha maksimalkan efektivitas seluruhnya dari suatu organisasi sebagai suatu sistem sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Proses perencanaan meliputi aktivitas prakiraan, penetapan tujuan, pemrograman, penjadwalan, penganggaran, pengembangan prosedur, serta penetapan dan penafsiran kebijakan.
Rencana dibagi menjadi dua jenis utama yaitu rencana strategis dan rencana operasional yang meliputi rencana sekali pakai (program, proyek, dan anggaran) dan rencana tetap (kebijakan, prosedur standar, dan peraturan). Sesuai dengan pengembangannya, teori berevolusi dalam dua kategorial yaitu teori operasi sistem yang mendeskripsikan sejumlah disiplin akademis tradisional dan teori perubahan sistem yang menyajikan hampir semua latar belakang dan teknik dari disiplin ilmu terapan.
Ada dua hambatan utama terhadap pengembangan rencana yang efektif yaitu penolakan dari dalam perencanaan terhadap penentuan tujuan dan pembuatan rencana untuk mencapainya dan keengganan yang lazim dari para anggota organisasi untuk menerima rencana karena perubahan yang akan ditimbulkannya.
Teknik Evaluasi dan Peninjauan Program (PERT) adalah suatu metode perencanaan dan pengendalian proyek yang bersifat tak berulang. Metode Jalur Kritis (CPN) adalah suatu teknik perencanaan dan pengendalian yang digunakan dalam proyek yang memiliki data biaya dari masa lampau. Metode biaya-manfaat merupakan metode matematis yang mengukur manfaat dan biaya ekonomis suatu proyek. Metode masukan-keluaran adalah model yang didasarkan pada kenyataan bahwa dalam sistem ekonomi modern kegiatan produksi sangat berhubungan satu sama lain.
Program linier merupakan teknik analisis kuantitatif yang mengandalkan model matematika atau model simbolik sebagai wadahnya. Tahap program linier dalam pengambilan keputusan mengenai perbaikan kualitas lingkungan meliputi langkah-langkah berikut antara lain identifikasi persoalan, perumusan dan penyusunan model, analisis model, pengesahan model, serta implementasi model dan hasil analisisnya.
Model simulasi dinamik merupakan himpunan persamaan yang menggambarkan sistem lingkungan ekonomi yang disusun menggunakan komputer elektronik. Perilaku sistem disimulasikan secara arbitrer dengan mengubah parameter model dan hasilnya dicatat.

Pengorganisasian (hal 73-110)
Organisasi didefenisikan sebagai sekelompok orang yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk merealisasikan tujuan bersama. Ada empat ciri utama dari individu yang mempengaruhi efektifitas organisasi yaitu persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar. Mengenai kelompok dan perilaku pengorganisasian, Kelompok Formal dan Informal dibentuk karena beberapa alasan antara lain pemuasan kepuasan, kedekatan dan daya tarik, tujuan kelompok dan alasan ekonomis.
Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antarbagian, komponen, dan posisi dalam perkumpulan yang bertalian dengan hubungan yang relatif pasti. Hubungan yang pasti ini timbul dari proses keputusan, yaitu pembagian kerja, departementalisasi, rentang kendali dan delegasi. Terdapat tiga bentuk struktur organisasi, yaitu struktur organisasi fungsional, struktur organisasi produk atau pasar, dan struktur organisasi matriks.
Prinsip-prinsip organisasi yang dijadikan pedoman sehingga orgnisasi menjadi tumbuh dan berkembang adalah organisasi dan tujuan, esensi organisasi, tanggung jawab dan otoritas, spesialiasi untuk efisiensi dan rentang kendali.
Tujuan utama dari adanya aspek pembagian kerja dan departementalisasi dalam struktur organisasi adalah untuk memudahkan komunikasi, pengambilan keputusan, evaluasi hasil kerja, imbalan, sosialisasi dan karier. Kelima aktifitas tersebut merupakan proses organisasi. Pengembangan organisasi upaya jangka panjang yang didukung manajemen puncak untuk memperbaiki proses pemecahan permasalahan dan proses pembaruan organisasi, khususnya melalui diagnosis dan manajemen budaya organisasi yang lebih efektif dan kolaboratif dengan tekanan khusus pada tim kerja formal, tim sementara, dan budaya antar kelompok dengan bantuan konsultanyang bertindak sebagai katalisator dan penggunaan teori dan teknologi psikologi terapan termasuk penelitian tindakan. 

Pengarahan (hal 111-118)
Pengarahan adalah proses bimbingan, pemberian petunjuk, dan instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengarahan adalah menjamin kontinuitas perencanaan, membudayakan prosedur standar, menghindarkan kemangkiran yang tak berarti, membina disiplin kerja, dan membina motivasi yang terarah.
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi atau pengertian dari pengirim pesan kepada penerima dengan menggunakan tanda atau simbol yang sama, baik bersifat oral maupun nonoral. Kriteria komunikasi yang efektif adalah pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga menarik perhatian komunikan. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti, membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan, dan menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi suatu kelompok ketika komunikan berada pada saat digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.
Batasan mengenai laporan antara lain suatu pengenal suatu informasi nyata yang ditujukan kepada orang tertentu untuk tujuan tertentu, setiap tulisan yang berisi pengolahan data informasi, dan suatu alat komunikasi, laporan yang efektif harus memenuhi kriteria antara lain benar dan objektif, jelas dan terandal, efektif, tegas dan konsisten, tepat waktu, lengkap, dan tepat sasaran.

Pemotivasian (hal 119-138)
Rumusan motivasi adalah setiap perasaan atau kehendak dan keinginan yang sangat memengaruhi kemauan individu sehingga individu tersebut didorong untuk berperilaku dan bertindak, pengaruh kekuatan yang menimbulkan perilaku individu, setiap tindakan atau kejadian yang menyebabkan berubahnya perilaku seseorang, dan proses dalam yang menentukan gerakkan atau perilaku individu kepada tujuan.
Menurut Paul Hersey dan Kenneth B., berkurangnya kekuatan suatu kebutuhan individu disebabkan oleh pemuasan kebutuhan, pemblokiran pemuasan kebutuhan, ketegangan kognitif, frustasi, rasionalisasi, regresi, fiksasi, resignasi, dan kekuatan motif yang meningkat. Menurut Sagir, elemen penggerak motivasi terdiri dari kinerja, penghargaan, tantangan, tanggung jawab, pengembangan, keterlibatan, dan kesempatan.
Pada umumnya bentuk motivasi yang sering dianut suatu perusahaan meliputi empat elemen utama yaitu kompenasi dalam bentuk uang, pengaraan dan pengendalian, penetapan pola kerja yang efektif dan kebajikan. Teori motivasi dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu teori kepuasan yang berorientasi pada faktor dalam diri individu dan teori proses yang mendeskripsikan dan menganalisis perilaku.
Salah satu cara mengukuran motivasi kerja adalah dengan menggunakan teori pengharapan yang mengungkapkan bahwa adlah bermanfaat untuk mengukur sikap para individu guna membuat diagnosis permasalahan motivasi. Pengukuran dilakukan melalui daftar pertanyaan. Pengukuran semacam ini dapat membantu manajemen mengerti mengapa para bawahan terdorong untuk bekerja atau tidak, apa yang merupakan kekuatan motivasi di berbagai bagian dalam organisasi dan seberapa jauh berbagai cara pengupahan dapat efektif dalam memotivasikan kinerja.


Pengendalian (hal 139-152)
Pengendalian dapat didefinisikan suatu proses yang sistematik untuk mengevaluasi apakah aktivitas-aktivitas organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dan apabila belum dilaksanakan diagnosis faktor penyebabnya, untuk selanjutnya diambil tindakan perbaikan. Dalam setiap sistem pengendalian terdapat empat elemen pokok yaitu kondisi atau karakteristik yang dikendalikan, instrumen atau metode sensor, unit atau instrumen pengendalian, dan kelompok atau mekanissme penggerak.
Ditinjau dari sistem pelaksanaannya, pengendalian dapat diklasifikasikan menjadi sistem pengendalian umpan balik, umpan maju, dan pencegahan. Sedangkan klasifikasi menurut waktu pelaksanaannya dibagi menjadi pengendalian sebelum tindakan, penggendalian kemudian, pengendalian atau penyaringan ya atau tidak, dan pengendalian sesudah tindakan.
Menurut Stoner dan Wankel, pada umumnya dalam organisasi proses pengendalian yang ditempuh oleh manajer meliputi penetapan hasil yang diinginkan, penentuan prediktor hasil, penentuan standar atas prediktor dan hasil, penentuan jaringan informasi dan umpan balik, sert penilaian informasi dan pengendalian tindakan perbaikan. Secara umum, pengendalian yang efektif harus mempunyai karakteristik yang akurat, tepat waktu, objektif dan komprehensif, dipusatkan pada pusat pengendalian strategis, secara ekonomi dan organisasi realistik, dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi, fleksibel, preskriptif dan operasional, dan diterima oleh para anggota organisasi.


Kepemimpinan (hal 153-168)
Kepemimpinan adalah sikap dan perilaku untuk memengaruhi para bawahan agar mereka mampu bekerja sama sehingga membentuk jalinan kerja yang harmonis agar tercapai efisiensi dan efektivitas guna mencapai tingkat produktivitas sesuai dengan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan yang baik harus memenuhi kualifikasi antara lain watak dan kepribadian yang terpuji, prakarsa yang tinggi, hasrat memenuhi bawahan, sadar dan paham kondisi lingkungan, intelegensi yang tinggi, berorientasi ke masa depan, sikap terbuka dan lugas, serta widyasuara yang efektif.
Menurut G.R. Terry, tipe-tipe kepemimpinan dalam organisasi antara lain kepemimpinan pribadi, nonpribadi, otoriter, demokratis, paternalistik, dan menurut bakat. Menurut  Etziomi, French, dan Raven, bentuk-bentuk otoritas yang  dimiliki seorang manajer meliputi memaksa, imbalan, legitimasi, ahli, dan referensi.
Delegasi wewenang adalah pelimpahan atau pemberian otoritas dan tanggung jawab dari pimpinan atau kesatuan organisasi kepada seseorang atau keatuan organisasi lain untuk melakukan aktivitas tertentu. Pada dasarnya baik kepemimpinan yang sukses maupun yang efektif dalam kepemimpinannya, perlu mendelegasikan wewenang kepada bawahannya. Kepemimpinan yang efektif banyak bergantung pada beberapa variabel seperti kultur organisasi, sifat dari tugas dan aktivitas kerja, dan nilai serta pengalaman manajerial. Determinan yang memengaruhi efektifitas kepemimpinan mencakup kepribadian, pengalaman masa lampau, dan harapan pemimpin, harapan dan perilaku atasan, karakteristik, harapan, dan perilaku bawahan, persyaratan tugas, kebudayaan dan kebijakan organisasi, serta harapan dan perilaku rekan.
Teori kepemimpinan situasional didasarkan pada hubungan kurva linear di antara perilaku tugas, perilaku hubungan, dan kematangan. Teori ini menyiapkan manajer dengan beberapa pengertian mengenai hubungan diantara gaya kepemimpinan yang efektif dan taraf kematangan para bawahan.

Pengambilan Keputusan (hal 171- 194)
Pengambilan keputusan adalah serangkaian aktiivitas yang dilakukan oleh seseorang dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang dihadapi, kemudian menetapkan berbagai macam alternatif untuk diadakan seleksi satu diantara beberapa alternatif yang dianggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi. Menurut Gibson dkk, proses pengambilan keputusan terdiri atas tujuh tahapan yaitu, penetapan tujuan spesifik serta pengukuran hasilnya, identifikasi permasalahan, pengembangan alternatif, evaluasi alternatif, seleksi alternatif, implementasi keputusan, serta pengendalian dan evaluasi.
Dalam pengambilan keputusan, terdapat beberapa variasi gaya pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para manajer antara lain manajer mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang tersedia pada waktu tertentu, manajer memperoleh informasi yang diperlukan oleh para bawahan dan kemudian menetapkan keputusan yang dipandang relevan. Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi di hadapan bawahan secara individual dan kelompok, serta menyusun dan menilai alternatif keputusan.
Kerangka kerja dan konsep untuk pengambilan keputusan meliputi sistem pengambilan keputusan, pengetahuan mengenai keluaran, tanggapan keputusan, deskripsi mengenai pengambilan keputusan, kriteria untuk pengambilan keputusan, dan relevansi konsep keputusan terhadap desain sistem informasi manajemen.
Metode atau cara pengambilan keputusan organisasi sederhana dapat diaplikasikan terhadap karakteristik keputusan antara lain keputusan yang bersifat sederhana atau rutin dapat diambil secara individual, keputusan yang dibakukan dapat diserahkan kepada unit pengelola elektronik atau seseorang yang profesional, keputusan yang bersifat rumit dan kompleks dalam arti tanggung jawab sosial sebaiknya diambil secara berkelompok. Keputusan yang bersifat rumit dan kompleks karena permasalahannya mengandung beberapa alternatif yang sulit dijangkau sebaiknya dikonsultasikan dengan seorang ahli dan profesional.
Sistem informasi manajemen adalah suatu kumpulan manusia dan sumber daya modal dalam suatu organiasasi yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan dan mengolah data serta menghasilkan informasi yang berguna bagi setiap hierarki manajemen dalam perencanaan dan pengendalian aktivitas organisasi. Sistem pengolahan data dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara manual (dilakukan oleh manusia) dan secara otomatis (komputerisasi).

Manajemen Mutu (hal 195-210)
Manajemen mutu terpadu adalah suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimalkan daya saing organisasi melaui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya. Prinsip utama manajemen mutu terpadu adalah kepuasan pelanggan, menaruh rassa hormat kepada setiap orang, manajemen berdasarkan fakta, dan perbaikan berkesinambungan.
Gagasan JIT (Just in time) didasarkan pada prinsip berproduksi hanya apabila ada permintaan atau memproduksi sesuatu yang diminta hanya pada saat diminta dan hanya sebesar jumlah yang diminta. Sasaran implementasinya adalah persediaan, waktu siklus, perbaikan yang berkesinambungan, dan penghapusan pemborosan.
Tujuan ISO 9000 adalah mencapai dan mempertahankan mutu produk atau jasa yang dihasilkan sehingga secara berkesinambungan dapat memenuhi kebutuhan para pembeli, memberi keyakinan kepada pihak manajemen bahwa mutu yang dimaksudkan telah dicapai dan dapat dipertahankan, dan memberikan keyakinan kepada pembeli bahwa mutu yang dimaksudkan telah atau akan dicapai dalam produk atau jasa yang dijual.
ISO 14000 adalah standar pengelolaan lingkungan. Secara umum, manfaat sertiikasi ISO 14000 antara lain perlindungan terhadap lingkungan, dasar persamaan kompetitif, menunjukkan kesesuaian dengan peraturan, pembentukan sistem pengelolaan yang efektif, penurunan biaya, penurunan kecelakaan kerja, peningkatan hubungan masyarakat, peningkatan kepercayaan dan kepuasan konsumen, dan peningkatan perhatian manajemen puncak.



TERIMA KASIH

RESENSI FILM): Film "SOEGIJA"

Resensi Film “SOEGIJA”
Oleh    : Herman Doa
NIM     : 01114031
Prodi   : Akuntansi – Kelas D



--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------







A. Data atau Identitas Film
Judul                : Soegija
Jenis Film         : Drama, Biografi
Produser           : Murti Hadi Wijayanto, Djaduk Ferianto, Tri Giovanni
Sutradara          : Garin Nugroho
Penulis Naskah : Armantono & Garin Nugroho
Durasi Film       : 116 menit
Diproduksi oleh : Studio Audio Visual Puskat
Diputar                         : Mulai 7 Juni 2012 di bioskop-bioskop seluruh Indonesia



B. Pemeran Film Soegija:
Nirwan Dewanto, Anissa Hky, Wouter Braaf, Wouter Zweers, Butet Kartaredjasa,
Olga Lydia, Henky Solaiman, Rukman Rosadi, Nobuyuki Suzuki, Margono, Eko Balung
Andrea Reva, Andreano Fidelis


C. Pendahuluan
Film Soegija adalah salah satu film layar lebar karya Sutradara Garin Nugroho.  Film ini dibuat berdasarkan buku karya Budi Subanar yang berisi catatan harian seorang pejuang kemanusiaan yang bernama lengkap Mgr. Albertus Soegijapranata SJ yang biasa dikenal dengan nama Soegija atau dalam bahasa sehari-harinya sebagai Sugiyo. Beliau adalah seorang pahlawan nasional yang kebetulan berprofesi sebagai uskup agung bahkan seorang uskup pribumi pertama di Indonesia.
Jumlah pemain yang dibutuhkan  dalam film Soegija ini adalah sebanyak 2.275 pemain. Bukan hanya jumlah pemainnya saja yang berlimpah. Garin juga banyak menggunakan pelakon baru, yang tidak memiliki latar belakang sinematografi. Hanya Olga Lydia dan Butet Kertarajasa saja pemain yang memiliki modal akting.
Soegija bercerita tentang uskup pribumi pertama di Indonesia yang juga pahlawan nasional, Mgr. Albertus Soegijapranata. Film itu menceritakan peran Soegija ketika Perang Pasifik 1940-1949, yang tidak hanya penting bagi umat Katolik, melainkan untuk Indonesia. Sebab Soegija kerap menulis artikel untuk media luar negeri demi melawan penjajah. Silent diplomacy, nama perjuangan itu. Soegija juga memindahkan Keuskupan Semarang ke Yogyakarta sebagai bentuk solidaritas atas kepindahan ibu kota Indonesia dari Jakarta ke Yogyakarta. Garin sengaja menghidupkan setiap tokoh dalam film tersebut. Setiap tokoh digambarkan dengan konflik hidup masing-masing yang menuntun mereka pada suatu transformasi sejati.
"Saya ingin Indonesia menjadi keluarga besar di mana anak-anak masa depan tidak lagi mendengar nyanyian berbau kekerasan, tidak menuliskan kata-kata bermandi darah. Jangan lagi ada curiga, kebencian dan permusuhan” (Mgr. Soegijapranata).


D. Tubuh Resensi
            1). Sinopsis SIngkat Film Soegija
“Film yang melukiskan kisah-kisah kemanusiaan di masa perang kemerdekaaan bangsa Indonesia pada tahun 1940-1949. Adalah Soegija (diperankan Nirwan Dewanto) yang diangkat menjadi uskup pribumi dalam Gereja Katolik Indonesia. Baginya kemanusiaan itu adalah satu, kendati berbeda bangsa, asal-usul dan ragamnya. Dan perang adalah kisah terpecahnya keluarga besar. Film ini dimulai dengan goresan pena seorang Romo (diperankan oleh Nirwan Dewanto) di atas kertas, yang sekaligus menjadi curahan hatinya. Ia sedang di tengah perang kala itu, ketika para penduduk pribumi harus berlutut dan menunduk di bawah makian serta todongan senjata Belanda. Di masa serba tertekan itu, sang Romo mendapat kehormatan menjadi pribumi pertama yang dilantik sebagai Uskup Danaba. Ia pun lebih dikenal dengan sebutan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ, dan hijrah dari gerejanya di Yogyakarta ke Semarang. Dengan ‘jabatan’ itu, Romo lebih dihormati. Yang datang ke gereja mendengarkan ceramahnya bukan hanya penduduk lokal, tetapi juga orang-orang Belanda. Meski begitu, kesehariannya yang bersahaja dan merakyat, tak berubah.
Tahun demi tahun berganti, penjajah datang dan pergi. Jepang masuk Indonesia tahun 1942, Belanda takluk dan harus rela dilucuti senjatanya. Mereka ingin menduduki gereja sebagai markas, namun dengan tegas Soegija menolak. “Penggal dulu kepala saya,” ujarnya singkat.
Beliau memang tidak terjun langsung untuk berperang, namun di setiap masa andilnya selalu tampak. Saat penduduk butuh tempat bernaung karena kondisi jalanan chaos, Soegija membuka lebar-lebar pintu gereja untuk menampung mereka. Ia memerintahkan Saat Hiroshima – Nagasaki di-bom dan masyarakat menuntut kemerdekaan yang belum juga diakui oleh sekutu yang kembali datang ke Indonesia, Soegija berdiplomasi dengan Vatikan sehingga negara itu menjadi negara Barat pertama yang mengakui kedaulatan Indonesia.
Soegija memang terkenal dengan silent diplomacy-nya. Tanpa harus menggunakan kekerasan dan senjata, iman dan semangat kemanusiaannya dapat menjadi panutan yang tak lekang waktu. Menurutnya, menggalang cinta kasih dan keadilan belum cukup, juga perlu bertempur dengan lembut untuk kemerdekaan. Berkat kegigihannya itu, Seogija menjadi uskup pribumi pertama yang mendapat gelar pahlawan nasional dari Soekarno.
Film garapan sutradara Garin Nugroho yang dibuat melalui riset panjang ini bukan film misionaris agama Katolik seperti yang banyak diperdebatkan. Tokohnya juga tidak selalu Soegija. Film ini menampilkan sisi humanis yang masih ada dalam sebuah perang.
Mariyem (Annisa Hertami) yang terpisah dari kakaknya Maryono (Abe) akibat perang, kembali dipertemukan dalam kondisi berbeda. Ling Ling (Andrea Reva) seorang bocah Tionghoa juga terpisah dari mamanya (Olga Lydia), kembali bertemu dalam sebuah momen di gereja. Tokoh menggelitik pun ditampilkan, seorang bocah yang hanya bisa mengeja kata ‘merdeka’ tapi punya semangat juang dan selalu menjadi garda terdepan pasukan pemuda.
Rasa kemanusiaan juga dimiliki para penjajah. Nobuzuki (Suzuki), pemimpin tentara Jepang, tak pernah tega pada anak-anak karena ingat anaknya di rumah. Robert (Wouter Zweers), tentara Belanda yang sangat bernafsu menjadi mesin perang paling hebat, perasaannya luluh saat menemukan bayi di medan perang. Hendrick (Wouter Braaf), jurnalis asal Belanda, pun selalu memotret ekspresi-ekspresi manusiawi dan nasionalisme Indonesia. Ia menemukan cintanya, namun tak mampu bersatu karena perang.
Selain menampilkan kemanusiaan yang beragam, film ini juga banyak menampilkan otokritik untuk bangsa. Baik berupa visual, maupun kata-kata satir dari goresan pena dan ucapan Soegija sendiri. Kata-kata seperti “Apakah yang harus dilakukan seorang pemimpin di tengah krisis dan perubahan zaman?” serta “Apa artinya terlahir sebagai bangsa yang merdeka, jika gagal untuk mendidik diri sendiri,” patut dicermati lebih dalam makna dibaliknya.
“Perjuangan sudah selesai, sekarang tinggal bagaimana menata negara dan melayani masyarakat. Kalau mau jadi politikus, harus punya mental politik. Kalau tidak, yang ada dalam pikirannya hanya kekuasaan dan akan menjadi benalu negara,” pesan Soegija di akhir film itu, seakan menjadi perenungan bagi para pemimpin sekaligus rakyat Indonesia di masa sekarang".
            2). Kekurangan dan Kelebihan Film Soegija


Kekurangan:
1.     Sosok Soegija pada cerita tidak terlalu jelas, karena sosoknya hanya terjadi dibeberapa adegan sehingga membuat karakter Soegija tidak merekat kuat.
2.     Begitu banyak pemain dalam film ini membuat film ini tidak memperlihatkan satu pemain pun yang mendominasi penceritaan.
3.     Pada pemutaran film Soegija tokoh Soegija tidak diperankan secara gamblang. Penggambaran Soegija hanya berupa potongan-potongan adegan, foto, bahkan puisi Soegija yang dia tulis pada masa itu yang terinspirasi dari Soegija.

Kelebihan:
1.     Film yang lebih mengangkat aspek kemanusiaan yang universal ketimbang aspek agama.
2.     Tata artistik sinematografinya mampu memikat penonton serta pemilihan kostum dan tempat untuk setiap adegan film begitu pas dengan keadaan negara pada masa tahun 40-an.


            3). Tinjauan lain-lain
Muatan cerita Soegija sejatinya berpotensi membuka jendela-jendela baru dalam membaca sejarah bangsa, sayangnya eksekusinya menyebabkan film terjembab sebelum memenuhi potensi-potensi itu. Ada dua titik potensial. Pertama, Soegija berpotensi menjadi satu dari sedikit film Indonesia tentang perjuangan kemerdekaan di meja diplomasi. Sangat disayangkan peran diplomat ini kurang terangkat, mengingat pencapaian Romo Soegija yang disorot dalam film adalah meyakinkan Vatikan untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Ini satu dari sedikit tindakan konkret yang dilakukan Romo Soegija sepanjang film. Sisanya Romo Soegija lebih banyak terkait dengan penulisan dan pengucapan kutipan-kutipan dari catatan pribadinya.
Pernyataan “100% Katolik, 100% eneric” adalah pemikiran sekaligus respons Romo Soegija tentang perbedaan umat Katolik dengan sekitarnya, sementara pernyataan “Kemanusiaan, kendati berbeda, merupakan sebuah keluarga besar” untuk masyarakat secara umum. Sayangnya, kalimat-kalimat tersebut tak ditubuhkan dengan kejadian-kejadian konkret dalam narasi film, tak juga dijangkarkan dengan kokoh oleh kondisi-kondisi historis yang sejatinya meliputi penulisan kedua kalimat tersebut. Konsekuensinya, buah pemikiran Romo Soegija tersebut terasa terlalu eneric dalam film, tak ada bedanya dengan slogan persatuan ala Bhineka Tunggal Ika yang sering dikumandangkan dan sudah kita ketahui selama ini.
Menonton Soegija tak ubahnya seperti menonton lakon panggung sandiwara perang. Kosa gambar Soegija didominasi oleh rangkaian master shot, yang silih-berganti mempertemukan dua atau tiga tokoh bertukar dialog dalam satu frame yang luas. Melatari tokoh-tokoh tersebut adalah sejumlah lokasi zaman yang dirias sedemikian meyakinkan oleh tim produksi. Untuk urusan teknis ini, tim produksi Soegija patutlah diacungi jempol. Alhasil, yang membekas ketika film usai adalah ruang-ruang yang menubuhi cerita dan retorika-retorika yang diucapkan di dalamnya. Romo Soegija sendiri hanya sebatas nama di judul film.


E.                          Penutup
Film ini sudah memecahkan rekor  MURI dengan jumlah pemain yaitu 2755 orang. Juga film dengan pemakaian bahasa terbanyak yaitu 6 bahasa, Indonesia, Jawa, Inggris, Belanda, Jepang dan Latin. Secara keseluruhan film bagus, tapi yang lebih menonjol ialah pada tata artistik dan musiknya disajikan dengan sangat bagus. Pemilihan kostum dan pemilihan tempat sangat pas dengan latar belakang tahun 40-an, ditambah lagi dengan suasana Nasionalis pada masa itu.

*****